Home / Uncategorized / Pencarian Terakhir 2025

Pencarian Terakhir 2025

Drupadi medusatoto , yang akrab dipanggil Dru, menjalani masa kecil dalam luka: ibunya, Sita, menghilang secara misterius di Gunung Sarangan ketika Dru berulang tahun yang ke-10. Sejak itu, hubungan Dru dengan ayahnya, Tito, dingin dan penuh rasa kehilangan. Tito berubah menjadi sosok yang pendiam dan jarang menunjukkan kasih sayang, sementara Dru tumbuh dengan rasa penasaran dan keingintahuan yang terus membayangi hidupnya. Trauma masa kecil bukan hanya cerita masa lalu—ia menjadi bagian penting dari siapa Dru dan bagaimana ia memahami dunia.

Setelah tujuh tahun berlalu, tepat ketika usianya menginjak 17, Dru memutuskan untuk kembali ke Gunung Sarangan dengan harapan menemukan ibu dan jawaban atas misteri yang selama ini membekapnya. Dia tak pergi sendiri: bersama pacarnya Raka, sahabat-sahabatnya seperti Maya, Ucok, Jamal, Nurul; ditambah juga orang-orang yang dulu dekat dengan orang tuanya—Bagus, Oji, dan pamannya Gancar. Dukungan mereka memberinya kekuatan. Mereka mempersiapkan pendakian ke gunung tersebut, yang sejak dulu dikenal sebagai tempat dengan mitos dan larangan-larangan yang tak boleh dilanggar.

Pendakian di awal terasa biasa saja; mereka menikmati pemandangan, suasana sejuk udara pegunungan, persahabatan dan tawa. Ada percakapan tentang masa lalu, tentang Sita, dan tentang apa yang mungkin terjadi di gunung itu. Tapi Gunung Sarangan tidak bergerak diam. Ada pertanda-pertanda halus: suara gemerisik di pepohonan, kabut yang muncul tiba-tiba, hewan melintas tanpa suara, dan bayangan yang terlihat tetapi hilang begitu dilihat. Kemudian Dru dan rombongan melanggar pantangan kuno: menerima makanan dari penduduk lokal. Sebuah larangan yang kedengarannya kecil, tapi menurut mitos gunung itu, sangat penting. Pelanggaran itu memicu rantai kejadian misterius dan supernatural.

Satu per satu orang dalam rombongan mengalami kejadian yang menakutkan: ada yang hilang di hutan, ada yang tersesat, ada yang merasakan tekanan psikologis melalui mimpi buruk atau penglihatan mengerikan, ada pula yang terluka atau jatuh sakit tanpa sebab yang jelas. Raka dan teman-teman Dru mencoba menjaga semangat dan saling membantu, tapi teror semakin mendekat. Dru yang mencari ibu bukan hanya harus melawan rasa takut, tapi juga mempertanyakan kebenaran: apakah Sita benar-benar hilang karena sesuatu yang mistis, atau ada tangan manusia di baliknya? Adakah rahasia yang tersembunyi selama ini oleh penduduk lokal atau oleh generasi sebelumnya yang membuat ibu Dru tidak pernah ditemukan.

Seiring waktu, konflik antara kepercayaan lokal (mitos, pantangan, penunggu gunung) dan kenyataan mulai kabur. Apa yang dianggap legenda ternyata memiliki manifestasi yang nyata, dan apa yang dianggap kebetulan mulai terasa diatur oleh sesuatu atau seseorang. Dru menghadapi rintangan alam juga supranatural, kehilangan teman-teman satu per satu, dan situasi yang memaksanya harus mengambil keputusan sulit: apakah maju terus mengambil risiko demi kebenaran, atau mundur demi keselamatan dirinya dan orang yang dicintainya.

Perjalanan pendakian yang awalnya penuh harapan berubah menjadi perjuangan hidup dan mati. Gunung Sarangan menjadi lebih dari lokasi: ia menjadi karakter yang memegang rahasia, tempat di mana masa lalu, mitos, dan rasa bersalah bertemu. Dalam klimaks, Dru harus menghadapi sosok misterius Ki Tapa, penunggu yang mungkin merupakan kunci misteri ibunya. Dalam konfrontasi antara manusia dan yang gaib, antara trauma dan keberanian, Dru menemukan bahwa jawaban atas hilangnya ibunya lebih rumit dari yang dibayangkan — melibatkan pengkhianatan, ketidakjujuran, dan kebenaran yang selama ini tertutup rapat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *