Home / Uncategorized / Jembatan Shiratal Mustaqim(2025)

Jembatan Shiratal Mustaqim(2025)

Film Jembatan Shiratal Mustaqim medusatoto dibuka dengan suasana mencekam di sebuah daerah yang baru saja dilanda bencana alam besar. Gempa bumi dan longsor menghancurkan banyak rumah serta merenggut banyak nyawa. Di tengah reruntuhan itu, pemerintah setempat menyalurkan bantuan dana untuk membangun kembali desa dan fasilitas umum, termasuk sebuah jembatan yang menjadi penghubung utama antarwilayah. Namun, di balik semua itu tersimpan dosa besar — sebagian dana bantuan diselewengkan oleh pihak-pihak berkuasa yang tamak.

Cerita kemudian beralih ke Arya (diperankan oleh Raihan Khan), seorang pemuda yang hidup sederhana bersama ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal, dan sang ibu membesarkan Arya dengan penuh kasih. Mereka tinggal tidak jauh dari lokasi proyek pembangunan jembatan baru yang konon didanai dari bantuan bencana. Namun, sejak proyek itu dimulai, Arya sering mengalami mimpi aneh. Dalam tidurnya, ia melihat sebuah jembatan panjang melayang di udara, menembus kabut tebal dan cahaya merah menyala di bawahnya. Setiap kali ia menatap ke bawah, terlihat api menyala—dan suara jeritan manusia yang terbakar.

Awalnya Arya mengira itu cuma mimpi buruk biasa. Tapi lama-kelamaan, mimpi itu makin nyata. Setiap malam jembatan itu muncul lagi, dan di ujungnya selalu ada sosok berjubah hitam yang menatapnya tanpa wajah. Ketika terbangun, Arya sering mendapati tubuhnya penuh keringat dan dadanya sesak, seolah baru saja melalui sesuatu yang benar-benar terjadi. Ibunya khawatir, tapi Arya berusaha menenangkan diri dan kembali bekerja membantu warga sekitar.

Di sisi lain, cerita memperlihatkan sekelompok pejabat dan kontraktor yang terlibat dalam pembangunan jembatan itu. Mereka tampak hidup mewah, mengadakan pesta di tengah penderitaan warga yang masih berjuang setelah bencana. Salah satunya adalah Pak Rendra, kepala proyek yang licik. Ia tahu sebagian besar material yang digunakan dalam pembangunan jembatan tidak sesuai standar, karena mereka telah memotong biaya untuk memperkaya diri. Rendra sering menyuap aparat agar laporan keuangan proyek tetap terlihat bersih.

Suatu malam, ketika tim proyek bekerja lembur di lokasi, salah satu pekerja jatuh ke sungai dan tewas secara misterius. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Sejak saat itu, para pekerja mulai ketakutan dan menganggap jembatan itu “angker”. Mereka mengaku melihat bayangan hitam melintas di atas air dan mendengar jeritan minta tolong setiap tengah malam. Tapi Rendra tak peduli. Ia memaksa proyek tetap jalan karena khawatir ketahuan kalau dana sudah habis tapi pembangunan belum selesai.

Arya, yang sering lewat di sekitar lokasi, makin sering diganggu hal-hal gaib. Ia mendengar suara memanggil namanya di tengah malam, melihat bayangan sosok-sosok berlumur lumpur, dan merasakan tanah bergetar ketika melewati sungai. Suatu hari, saat menolong seorang anak kecil yang hampir tenggelam di bawah jembatan, Arya melihat sesuatu yang tak bisa ia lupakan — mayat-mayat dengan wajah menghitam muncul di permukaan air, menatapnya seolah menuntut keadilan.

Setelah kejadian itu, Arya pergi ke ustaz desa untuk meminta nasihat. Sang ustaz menjelaskan tentang Shiratal Mustaqim, jembatan akhirat yang akan dilewati setiap manusia setelah mati — jembatan yang lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang. Di bawahnya terdapat neraka, dan hanya mereka yang beramal baik yang bisa melewatinya dengan selamat. Kata sang ustaz, mungkin apa yang dilihat Arya adalah peringatan dari Tuhan agar manusia tidak menyelewengkan amanah.

Namun keadaan makin memburuk. Satu per satu pejabat proyek mulai mendapat balasan. Rendra mendadak sakit keras dan bermimpi berjalan di atas jembatan yang sama seperti dalam mimpi Arya. Ia melihat bawahannya berjatuhan ke api, sementara dirinya sendiri berjalan terhuyung-huyung. Ketika bangun, tubuhnya penuh luka seolah benar-benar terbakar. Ia ketakutan dan berusaha menebus dosanya, tapi semua sudah terlambat — malam itu ia ditemukan meninggal di rumahnya dengan wajah pucat dan mata terbuka lebar.

Arya semakin yakin bahwa jembatan yang sedang dibangun bukan sekadar struktur fisik, melainkan simbol dosa kolektif manusia. Ia mencoba mengingatkan warga dan pihak proyek yang tersisa, tapi tidak ada yang percaya. Mereka menuduh Arya kerasukan atau gila. Hanya ibunya yang terus mendukung dan menyuruhnya tetap berdoa. Hingga suatu malam, banjir besar datang menerjang daerah itu. Jembatan yang belum rampung roboh, menelan banyak korban, termasuk beberapa pejabat yang sedang meninjau lokasi.

Dalam kekacauan itu, Arya kembali terjebak dalam penglihatan aneh. Ia melihat dirinya berada di atas jembatan Shiratal Mustaqim yang membentang di langit. Di seberangnya ada cahaya putih terang, tapi di bawahnya api neraka berkobar. Suara-suara jeritan memanggil namanya, meminta pertolongan. Di tengah jembatan ia melihat sosok-sosok yang dulu ia kenal — para koruptor yang menyelewengkan dana — kini bergantung dan terbakar satu per satu. Arya berusaha menolong, tapi setiap langkahnya membuat jembatan bergoyang.

Tiba-tiba dari kabut muncul ibunya, yang tersenyum lembut sambil mengulurkan tangan. Ibunya berkata, “Nak, kebenaran tidak pernah hilang. Tuhan hanya menunggu manusia sadar.” Arya menatap air mata, dan saat ia berusaha menggenggam tangan ibunya, jembatan mulai retak. Tubuhnya terjatuh ke dalam cahaya putih yang menyilaukan.

Adegan beralih ke pagi hari setelah banjir. Warga menemukan Arya tak sadarkan diri di tepi sungai, tapi ibunya menghilang. Mereka menyangka ibunya hanyut, padahal tak satu pun jasadnya ditemukan. Ketika Arya siuman, ia menatap ke arah jembatan yang kini hanya tinggal puing-puing, lalu tersenyum lirih. Ia berkata pelan, “Jembatan itu bukan untuk kita lalui di dunia, tapi untuk kita siapkan di hati.”

Film ditutup dengan narasi suara ustaz: bahwa setiap manusia sedang membangun jembatannya sendiri — apakah ia kuat dan lurus, atau rapuh dan berliku, tergantung pada amal perbuatannya. Kamera menyorot langit yang cerah, sementara di kejauhan terlihat sekilas bayangan jembatan cahaya yang membentang menuju langit, sebelum layar perlahan gelap.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *