Home / Uncategorized / Modus Anomali (2012)

Modus Anomali (2012)

Cerita dimulai di sebuah hutan sunyi yang tampak tak berujung. Gempatoto Seorang pria bernama John sedang berkemah bersama istri dan dua anaknya. Malam itu tampak biasa, sampai tiba-tiba sesuatu yang tak terlihat mendekat dan merusak ketenangan. Kamera berganti cepat, menunjukkan suasana tegang. Tiba-tiba John kehilangan kesadarannya. Saat ia terbangun, ia mendapati dirinya sendirian di tengah hutan, tanpa jejak keluarganya. Nafasnya memburu, kepanikannya muncul, dan sejak saat itu ia terjebak dalam lingkaran teror yang aneh.

John mulai berlari mencari keluarganya. Di antara pepohonan rimba, ia menemukan sebuah gubuk tua. Ia masuk, dan menemukan pemandangan mengerikan: sebuah lubang besar di tanah, seperti liang kubur, dengan tanah yang masih gembur. Di dekatnya ada sekop dan darah yang sudah mengering. Ia mendengar suara samar seperti rekaman kaset. Ketika ia mendekati alat itu, terdengar suara orang asing yang menyampaikan pesan dingin: sebuah permainan sedang berlangsung, dan John terjebak di dalamnya. John semakin ketakutan, tetapi ia tetap melanjutkan pencariannya.

Tak lama setelah itu, ia menemukan jam tangan yang bukan miliknya, lalu sebuah kamera yang menyimpan rekaman dirinya sendiri. Di rekaman itu, John terlihat sedang melakukan hal-hal aneh yang tak ia ingat. Ia tampak sedang menggali tanah dan menimbun sesuatu. John kebingungan—seakan ia sedang melihat orang lain, padahal itu jelas dirinya. Ia mulai meragukan kewarasannya sendiri.

Perjalanan John makin mencekam. Ia menemukan gubuk lain dengan potongan rekaman baru. Kali ini, rekaman itu memperlihatkan keluarganya: istrinya diikat, anak-anaknya ketakutan, dan sosok misterius dengan wajah tertutup tampak menyiksa mereka. John terhuyung. Ia ingin menolong, tapi ia hanya melihat potongan-potongan gambar tanpa tahu keberadaan keluarganya sekarang.

Di sebuah gubuk lain, John menemukan mayat membusuk yang sudah dikubur setengah badan. Tubuh itu mengenakan pakaian mirip dirinya. John makin terpukul. Ia menggali, dan semakin ngeri ketika melihat wajah mayat itu menyerupai dirinya sendiri. Shock membuatnya hampir gila. Ia tak tahu apakah ia sedang bermimpi, halusinasi, atau memang ada orang lain yang serupa dengannya.

Waktu terasa melompat-lompat. John berkali-kali menemukan rekaman baru, jam tangan lain, dan bukti bahwa ia sudah lama berada di hutan itu, bukan hanya semalam. Ia seakan mengulang pola yang sama: bangun di hutan, mencari keluarga, menemukan petunjuk, lalu dihadapkan pada kengerian yang lebih besar. Semua terjadi berulang-ulang, seperti siklus tak berujung.

John semakin nekat. Ia berlari tanpa arah, berusaha menembus rimba. Sesekali ia mendengar suara tangisan anaknya. Ia mengejarnya, tetapi setiap kali ia tiba, hanya ada jebakan, mayat, atau rekaman baru. Ia mulai menyadari, seakan ada yang mengatur jalannya, membuatnya selalu jatuh ke dalam skenario yang sama.

Di salah satu titik, John mendapati sebuah rumah kayu besar. Di dalamnya, ia menemukan kursi kosong dengan kamera menghadap lurus. Di meja ada catatan-catatan dengan tulisan tangan asing, seakan seseorang sedang mendokumentasikan kehidupannya. Di sana juga ada rekaman video lain, kali ini memperlihatkan sosok pria misterius yang berbicara langsung ke kamera. Pria itu menyebut tentang “modus anomali,” sebuah anomali perilaku manusia yang sedang ia rekam dan ulangi. John tertegun, tapi sebelum ia bisa mencerna, rumah itu diserang oleh sesuatu tak terlihat. John melarikan diri lagi.

Hutan tak pernah habis. Malam semakin mencekam. John akhirnya menemukan kembali keluarganya, tapi bukan dalam keadaan hidup. Ia melihat mayat istrinya terkubur di tanah, anak-anaknya tak bernyawa. Jeritannya pecah. Namun, tiba-tiba, adegan kembali melompat: John terbangun lagi, kali ini di tempat yang sama seperti awal film. Ia kembali sendirian. Semua berulang, seakan ia tak pernah keluar dari siklus ini.

Dari potongan-potongan peristiwa, jelas bahwa John bukanlah korban biasa. Ia sendiri adalah bagian dari siklus itu. Ia pernah melakukan kejahatan terhadap keluarganya, lalu lupa, lalu terjebak dalam permainan psikologis yang memaksanya mengulang semua dari awal. Setiap kali ia berusaha lari, siklus dimulai lagi. Setiap kali ia mencoba menyelamatkan keluarga, ia malah menyaksikan kehancuran yang sama.

Film terus bergerak dengan alur yang melompat-lompat. Penonton dibawa merasakan kebingungan John: apa yang nyata, apa yang rekayasa, siapa yang mengendalikan permainan ini. Hingga akhirnya, John menyadari bahwa ia memang bagian dari permainan itu. Ia sendiri adalah pelaku yang menjadi korban ciptaannya. Hutan itu adalah panggung besar, dan ia hanyalah pion.

Di akhir cerita, John yang sudah kelelahan hanya bisa pasrah. Ia berjalan terseret, tubuhnya penuh lumpur dan darah, wajahnya hancur oleh rasa bersalah dan keputusasaan. Kamera menyorot matanya yang kosong, sebelum layar tiba-tiba gelap. Siklus dibiarkan menggantung, memberi kesan bahwa bahkan setelah film selesai, permainan itu akan terus berulang tanpa akhir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *