Home / Uncategorized / Panggilan dari Kubur

Panggilan dari Kubur

Alya Medusatoto adalah seorang ibu yang merencanakan liburan bersama suaminya, Raka, dan putri kecil mereka, Yasmin, ke desa terpencil tempat ibunya tinggal. Desa dengan rumah tua yang dikelilingi hutan dan danau itu awalnya tampak seperti tempat pelarian yang sempurna dari hiruk-pikuk kota. Bu Dewi, ibu Alya, menyambut mereka dengan keramahan, suasana alam desa, dan ketenangan seolah menawarkan momen kedamaian dan reuni keluarga yang hangat.

Selama beberapa hari, Alya dan keluarganya menikmati liburan: Yasmin bermain di danau, Alya berbincang dengan sang ibu, dan Raka membantu dengan urusan desa. Tapi keheningan itu pecah ketika Yasmin mengalami kecelakaan tragis: ia tenggelam di danau saat bermain. Karena cuaca buruk dan akses ke desa yang terpencil, mereka tak bisa segera mengurus kepulangan jenazah ke kota. Diselimuti duka dan keterbatasan situasi, Alya, Raka, dan Bu Dewi memutuskan untuk menguburkan Yasmin di halaman belakang rumah Bu Dewi. Keputusan ini kemudian menjadi awal dari semua mimpi buruk.

Setelah kembali ke Jakarta, duka Alya belum selesai. Malam-malamnya diganggu oleh telepon atau panggilan misterius, seolah suaranya Yasmin memanggil dari antara alam. Bayangan di kamar menjadi lebih nyata, benda bergerak sendiri, dan kejadian-kejadian aneh yang tidak bisa dijelaskan semakin sering terjadi. Alya merasakan bahwa sesuatu tidak beres—kuburan yang dibuat dengan tergesa, tanpa mengikuti adat atau ritual yang lengkap, telah membuka sesuatu yang harusnya tetap diam.

Desas-desus di desa tempat mereka menguburkan Yasmin mulai muncul ketika Alya kembali ke sana untuk memastikan semuanya. Ia menemukan bahwa tanah itu memiliki sejarah kutukan lama: dipercaya bahwa siapa saja yang dikuburkan di situ tidak akan benar-benar beristirahat. Mereka akan bangkit kembali dalam wujud yang berbeda — bukan seperti sebelum meninggal, melainkan sebagai makhluk yang membawa teror. Kubur kosong, tanda bahwa yang terkubur tidak lagi di sana, menjadi pertanda bahwa sesuatu mengerikan telah terjadi.

Ketika Yasmin bangkit, ia bukan lagi anak yang manis penuh tawa. Ia berubah menjadi sosok yang asing dan menakutkan, membawa nuansa gaib dan kekerasan dalam kehadirannya. Rumah Bu Dewi dan desa di sekitarnya mulai dihancurkan oleh kehadiran makhluk yang bangkit. Alya harus menghadapi rasa bersalah, rasa takut kehilangan, dan dilema moral—apakah harus mengikuti ritual yang dianggap tabu, atau melawan kutukan itu dengan cara-cara yang tidak konvensional.

Teror tidak hanya datang lewat penampakan dan hantu, tapi melalui hubungan emosional antara Alya dan Yasmin, antara ibu dan anak, antara hidup dan mati. Alya harus menggali sejarah tanah tersebut, adat desa, ramalan-ramalan yang terlupakan, serta menemukan cara agar kutukan itu bisa dihentikan — meskipun harga yang harus dibayar sangat besar. Pencarian kebenaran membawa Alya menembus ruang gelap antara kenangan masa lalu dan kengerian masa sekarang, di mana keyakinan, cinta, dan ketakutan bertemu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *