Home / Uncategorized / Rest Area (2025)

Rest Area (2025)

Film “Rest Area” (2025) merupakan salah satu film horor Indonesia terbaru yang mengambil latar tempat di sebuah area peristirahatan jalan tol yang tampak biasa saja di siang hari, namun berubah menjadi mengerikan saat malam tiba. Cerita dimulai dengan sekelompok anak muda yang sedang melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Sumatra untuk menghadiri acara reuni teman lama. Mereka adalah Rani, Dika, Nanda, Fira, dan Aldi—lima sahabat yang sudah lama tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Di tengah perjalanan malam yang panjang dan melelahkan, mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah rest area yang baru mereka temukan di peta digital, tanpa menyadari bahwa tempat itu memiliki sejarah kelam yang tak diketahui siapa pun.

Sesampainya di rest area itu, suasana terasa aneh sejak awal. Lampu-lampu di beberapa bagian redup, tidak ada penjaga yang terlihat, dan hanya ada satu warung kecil yang masih buka, dikelola oleh seorang wanita tua misterius bernama Mak Ranti. Dengan senyum tipis yang tidak pernah hilang dari wajahnya, Mak Ranti mempersilakan mereka untuk membeli makanan dan minuman. Ia sempat memperingatkan agar tidak berjalan terlalu jauh ke bagian belakang rest area, terutama setelah tengah malam. Kelompok itu menanggapinya dengan tawa, mengira itu hanya omongan mistik khas orang tua di kampung. Namun setelah makan dan berbincang sebentar, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi satu per satu.

Aldi yang pertama kali merasa tidak enak. Saat ke toilet sendirian, ia melihat bayangan seseorang berjalan di belakangnya melalui pantulan kaca, padahal tidak ada siapa pun di sana. Rani yang menunggu di mobil tiba-tiba mendengar suara ketukan dari bagasi. Ketika mereka mencoba memeriksanya, tidak ditemukan apa pun, tetapi suara itu terus terdengar setiap kali mereka menutup pintu mobil. Nanda mulai panik dan menyarankan agar mereka segera pergi dari tempat itu, namun mobil mereka mendadak mogok seolah-olah ada yang menahan mereka untuk tetap di sana. Dika, yang paling rasional di antara mereka, berusaha memeriksa mesin, tapi mendadak pingsan setelah mendengar suara lirih memanggil namanya dari arah pepohonan.

Fira, yang memiliki kepekaan terhadap hal-hal mistis, mulai merasakan hawa dingin yang menusuk dan melihat bayangan samar dari orang-orang berpakaian putih berjalan melintasi area parkir. Ia pun sadar bahwa rest area itu bukan tempat biasa. Dalam keadaan ketakutan, mereka kembali ke warung Mak Ranti untuk meminta pertolongan. Namun saat mereka tiba, warung itu sudah tertutup rapat, dan papan namanya tampak lapuk seperti tidak pernah dibuka selama bertahun-tahun. Di sinilah mereka mulai menyadari bahwa rest area itu mungkin tidak benar-benar ada di dunia nyata, melainkan sebuah tempat yang berada di antara kehidupan dan kematian.

Film kemudian membawa penonton pada kilas balik peristiwa tragis yang terjadi di lokasi tersebut. Beberapa tahun sebelumnya, terjadi kecelakaan bus pariwisata yang menewaskan puluhan orang tepat di jalan tol dekat tempat itu. Karena korban terlalu banyak, pihak berwenang membangun rest area sebagai monumen peringatan, tapi kemudian ditinggalkan karena sering terjadi gangguan mistis. Arwah para korban rupanya masih terjebak, tidak bisa pergi karena belum mendapat ketenangan. Mereka terus menghantui siapa pun yang berhenti di sana, terutama mereka yang memiliki dosa atau rahasia kelam.

Rani, yang awalnya tampak polos, ternyata memiliki masa lalu yang berkaitan dengan tragedi itu. Ia adalah anak dari sopir bus yang menjadi penyebab kecelakaan. Ayahnya tewas di tempat, dan keluarganya menanggung malu hingga kini. Arwah-arwah di rest area itu mengenalinya dan menjadikannya sebagai penghubung agar mereka bisa mengirim pesan kepada dunia. Rani kemudian mulai mengalami halusinasi dan kerasukan, berbicara dengan suara-suara yang bukan miliknya. Teman-temannya berusaha menolong, namun satu per satu mulai menghilang secara misterius, seolah ditelan oleh kegelapan rest area.

Dika yang mencoba keluar dari area itu menemukan jalan tol yang berputar tanpa ujung, membuatnya kembali lagi ke titik semula. Fira berusaha membaca doa dan mencari cara untuk berkomunikasi dengan arwah tersebut. Dalam penglihatan singkatnya, ia melihat kilasan wajah-wajah korban yang menatap dengan mata penuh dendam. Salah satu dari mereka berbisik bahwa yang mereka butuhkan bukanlah balas dendam, melainkan doa agar roh mereka bisa pergi dengan tenang. Saat Fira menyampaikan hal itu kepada Rani, tubuh Rani tiba-tiba diselimuti cahaya putih dan bayangan-bayangan di sekitar rest area mulai menghilang perlahan.

Ketegangan mencapai puncaknya ketika Dika menemukan catatan tua di dalam warung Mak Ranti yang berisi nama-nama korban dan tanggal kejadian kecelakaan. Di halaman terakhir tertulis pesan yang menakutkan: “Siapa pun yang berhenti di sini setelah tengah malam akan menjadi bagian dari kami.” Mereka menyadari bahwa waktu hampir menunjukkan pukul dua belas. Dalam keadaan panik, mereka mencoba keluar sekali lagi. Namun hanya Fira dan Dika yang berhasil mencapai ujung jalan. Saat menoleh ke belakang, rest area itu menghilang begitu saja, seakan tidak pernah ada. Rani dan dua temannya yang lain tidak pernah ditemukan.

Film “Rest Area” menutup ceritanya dengan adegan pagi hari, ketika polisi patroli jalan tol menemukan mobil kosong di pinggir jalan tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Kamera kemudian menyorot papan penunjuk jalan bertuliskan “Rest Area 108 – Tutup Sementara.” Suara lirih Rani terdengar dari kejauhan memanggil nama teman-temannya, membuat penonton merinding dan bertanya-tanya apakah rest area itu benar-benar ditinggalkan, atau masih menunggu korban berikutnya yang singgah tanpa tahu bahaya yang tersembunyi di balik keheningan malam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *