Film Gerbang Setan adalah kisah horor Indonesia yang menegangkan dan sarat misteri, berfokus pada petualangan sekelompok orang yang tanpa sengaja membuka jalan menuju kengerian yang tak mereka pahami. Medusatoto Cerita dimulai ketika sepasang kakak beradik, Rafi dan Nadia, memutuskan untuk kembali ke desa asal mereka setelah menerima kabar tentang kematian misterius ayah mereka yang sudah lama menghilang. Sang ayah dulunya dikenal sebagai peneliti spiritual dan penggali benda-benda peninggalan kuno. Namun selama bertahun-tahun, ia dianggap gila oleh warga karena obsesinya terhadap sesuatu yang disebut “Gerbang Setan” sebuah tempat terlarang di pinggir hutan yang katanya menjadi batas antara dunia manusia dan alam roh.
Setibanya di desa, suasana langsung terasa ganjil. Penduduk setempat menatap mereka dengan curiga, seolah tahu sesuatu yang tidak boleh diungkap. Rumah peninggalan ayah mereka dipenuhi simbol-simbol aneh di dinding dan coretan tulisan kuno yang tak bisa dibaca. Nadia merasa ketakutan sejak malam pertama karena mendengar suara langkah di loteng, padahal tak ada siapa pun di sana. Sementara Rafi justru merasa penasaran, yakin bahwa ayahnya meninggalkan petunjuk penting tentang misteri kematian dan obsesi yang selama ini ia teliti.
Rafi kemudian menemukan sebuah buku catatan lusuh di ruang kerja ayahnya. Dalam buku itu tertulis berbagai teori tentang keberadaan portal gaib di antara dua dunia, serta ritual kuno yang bisa membukanya. Ayahnya percaya bahwa “Gerbang Setan” bukan hanya legenda, melainkan pintu nyata menuju dimensi roh. Di catatan terakhir, tertulis bahwa ia akhirnya menemukan lokasi gerbang itu di dalam hutan tua dekat sungai keramat. Rafi yang keras kepala memutuskan untuk mencari lokasi tersebut dengan bantuan tiga teman lamanya yang tinggal di desa: Bayu, Dika, dan Rina. Nadia mencoba melarang, tetapi rasa penasaran Rafi terlalu kuat, apalagi setelah ia menemukan rekaman suara ayahnya yang terdengar berbisik bahwa “kebenaran akan terbuka saat gerbang dipanggil.”
Mereka berlima pun memasuki hutan, membawa buku catatan dan peralatan seadanya. Suasana hutan digambarkan sangat sunyi dan mencekam, seolah alam pun tidak ingin diganggu. Semakin dalam mereka berjalan, mereka mulai mengalami kejadian aneh: langkah kaki yang mengikuti dari belakang, bayangan yang bergerak sendiri, dan suhu udara yang tiba-tiba menurun drastis. Rina mulai merasakan sesuatu menempel di tubuhnya seperti hawa dingin yang berat, sementara Dika mendengar suara ayah Rafi memanggil namanya. Saat mereka tiba di lokasi yang sesuai dengan peta di catatan, mereka menemukan lingkaran batu besar dengan simbol-simbol serupa yang ada di rumah ayah Rafi.
Rafi membaca mantra dari catatan itu dengan harapan menemukan jawaban, tetapi justru sesuatu yang tak terlihat mulai mengguncang tanah dan membuat udara bergetar. Dari dalam lingkaran batu muncul kabut hitam pekat, dan suara-suara berbisik terdengar memanggil satu per satu nama mereka. Dalam kepanikan, Bayu mencoba kabur tapi tubuhnya terseret oleh kabut itu dan menghilang. Mereka yang tersisa berlari pulang ke desa, namun sejak hari itu, mereka semua mulai diteror oleh penampakan dan mimpi buruk. Rina kerasukan dan berbicara dengan suara yang bukan miliknya, Dika ditemukan tewas di sungai dengan wajah ketakutan, sementara Rafi terus dihantui oleh suara ayahnya yang berkata bahwa “gerbang belum tertutup.”
Nadia akhirnya mencari pertolongan ke dukun tua bernama Mbah Sari yang dulu dikenal dekat dengan ayah mereka. Mbah Sari mengungkapkan bahwa ayah mereka dulu memang berhasil menemukan gerbang itu, tetapi melakukan kesalahan fatal: ia memanggil entitas yang tidak bisa dikendalikan. Entitas tersebut adalah roh kuno yang disebut “Penjaga Gerbang,” yang memakan jiwa orang-orang yang berani membangunkannya. Dukun itu mengatakan bahwa satu-satunya cara menutup gerbang adalah dengan mengorbankan darah dari keturunan orang yang membukanya, yaitu darah keluarga sendiri. Nadia yang ketakutan menyadari bahwa hanya ia atau Rafi yang bisa melakukannya.
Ketika malam tiba, Rafi yang sudah hampir kehilangan akal kembali ke hutan untuk mencoba menutup gerbang seorang diri. Namun entitas itu sudah terlalu kuat. Sosok bayangan tinggi dengan wajah tanpa mata muncul di hadapannya, mengucapkan kata-kata yang tak bisa dipahami. Di tengah kekacauan itu, Nadia datang membawa pisau ritual pemberian Mbah Sari. Ia berusaha memanggil Rafi keluar dari lingkaran batu, tapi Rafi sudah dirasuki roh ayah mereka yang menjerit ingin “menyelesaikan apa yang belum selesai.” Dalam adegan klimaks yang emosional, Nadia akhirnya menebas lengannya sendiri dan meneteskan darahnya ke simbol batu, membuat cahaya merah menyala dan kabut hitam itu tersedot kembali ke dalam tanah.
Pagi hari tiba, dan hutan tampak kembali tenang. Nadia ditemukan tak sadarkan diri oleh warga, sementara Rafi hilang tanpa jejak. Penduduk desa mengatakan bahwa suara tangisan masih terdengar setiap malam dari arah hutan, seolah seseorang masih terjebak di antara dua dunia. Rumah tua keluarga itu akhirnya dikosongkan dan dianggap terkutuk. Dalam adegan akhir, kamera menyorot meja kerja ayah mereka di mana buku catatan tua itu kembali terbuka dengan halaman yang berganti sendiri, memperlihatkan tulisan baru: “Gerbang tak pernah tertutup selamanya.”
Cerita ini meninggalkan pertanyaan terbuka — apakah Rafi benar-benar mati, atau justru menjadi bagian dari entitas yang menjaga gerbang tersebut. “Gerbang Setan” menjadi simbol tentang rasa ingin tahu manusia yang melampaui batas, bahwa ada rahasia dunia yang sebaiknya tidak diganggu, dan bahwa obsesi terhadap kebenaran bisa berubah menjadi jalan menuju kehancuran. Film ini memadukan unsur mistik, psikologis, dan horor tradisional Indonesia, menampilkan bagaimana ketamakan pengetahuan dan darah keluarga sendiri bisa menjadi kunci antara hidup dan mati.





