Cerita bermula ketika Sylvia (Marsha Timothy), seorang dokter anak, menjalani kehidupan normal bersama suaminya, Abdi (Ario Bayu), dan bayi mereka yang baru lahir, Amel. Sylvia dikenal sebagai sosok yang penuh kasih sayang terhadap anak-anak, tidak hanya kepada anaknya sendiri, tetapi juga kepada para pasien kecil yang ia tangani di rumah sakit.
Suatu hari, Sylvia merawat seorang anak perempuan yatim piatu bernama Ana. Ana ditemukan dalam kondisi sangat trauma dan tidak bisa berbicara. Ia ditemukan di dekat lokasi bekas panti asuhan yang telah lama ditinggalkan dan konon dikenal angker. Panti itu diyakini menjadi tempat keberadaan roh jahat yang pernah menghantui penghuni sebelumnya—yakni Asih.
Sejak Ana tinggal di rumah Sylvia, hal-hal aneh mulai terjadi. Sylvia sering mendengar suara tangisan perempuan di malam hari, bayangan hitam melintas, hingga mainan bayi yang bergerak sendiri. Ana pun menunjukkan perilaku aneh: berbicara dalam tidur, menggambar sosok perempuan menyeramkan, dan kadang menangis tanpa sebab.
Sylvia mulai menyelidiki masa lalu Ana dan panti asuhan tempat ia tinggal. Dari situ, terkuak bahwa Ana sebenarnya adalah satu dari sedikit anak yang selamat dari teror Asih di panti tersebut. Asih, yang dulunya adalah wanita baik-baik, berubah menjadi roh jahat setelah mengalami perlakuan tidak adil dan kehilangan bayinya secara mengenaskan. Arwahnya terus bergentayangan mencari anak kecil untuk dijadikan “pengganti” bayinya yang hilang.
Kini, Asih mengincar Amel, bayi Sylvia. Ia percaya bahwa hanya dengan membawa bayi manusia ke alamnya, ia bisa merasa menjadi ibu kembali. Teror demi teror kian memuncak. Sylvia dan Abdi mengalami kejadian supranatural yang semakin sulit dijelaskan secara logika. Tidak hanya mengancam keselamatan Amel, tapi juga kesehatan mental seluruh keluarga.
Sylvia pun mencari bantuan spiritual dari seorang ustazah bernama Ustazah Murni. Bersama-sama, mereka mencoba melakukan ritual untuk mengusir arwah Asih dan menyelamatkan Ana serta Amel. Namun Asih tidak mudah diusir. Ia tidak menginginkan pembalasan, melainkan pengakuan atas rasa sakit dan kehilangan yang ia rasakan semasa hidup.
Puncaknya, Sylvia harus memilih: menyerahkan anaknya atau menghadapi konsekuensi yang mungkin tak sanggup ia tanggung. Dengan kekuatan cinta seorang ibu dan tekad melindungi anaknya, Sylvia menghadapi langsung Asih, tak hanya sebagai musuh, tapi juga sebagai sesama perempuan yang pernah merasakan duka mendalam.
Asih 2 bukan hanya menyuguhkan teror horor mencekam, tetapi juga mengangkat tema-tema emosional seperti trauma, kehilangan, pengorbanan, dan kasih ibu. Film ini menggugah penonton untuk memahami bahwa di balik sosok hantu yang menyeramkan, ada kisah pilu yang belum selesai.
Tinggalkan Balasan