Sinopsis Lengkap Hotel Sakura

Film Hotel Sakura merupakan film horor Indonesia yang tayang mulai 10 Juli 2025 dan mengusung tema lintas budaya dengan balutan psikologis dan supranatural yang kuat, disutradarai oleh Khristo Damar Alam bersama Rudy Soedjarwo dan ditulis oleh Upi Avianto, film ini dibintangi oleh Clara Bernadeth sebagai Sarah, mahasiswi yang masih dihantui rasa bersalah mendalam sejak kematian tragis ibunya dalam kecelakaan motor saat ia masih remaja, kehilangan itu menjadi luka batin yang belum sembuh hingga dewasa dan membuatnya terobsesi untuk bisa kembali berkomunikasi dengan arwah sang ibu, upaya spiritual dan metafisik pun ia jalani namun tidak pernah berhasil, hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang pria misterius yang memberinya tawaran untuk menjalani ritual pemanggilan arwah secara rahasia, ritual itu dilakukan di sebuah hotel tua yang dikenal dengan nama Hotel Sakura, sebuah tempat yang disebut-sebut sebagai “ruang antara” dunia hidup dan dunia arwah, di hotel itulah serangkaian peristiwa menakutkan mulai terjadi dan membuat Sarah terjebak antara kenyataan dan mimpi buruk, entitas misterius yang muncul bukan hanya bayangan ibunya, tetapi juga makhluk asing bernama Setsuko yang berasal dari legenda urban Jepang dan menjadi simbol penderitaan dan trauma, karakter hantu Setsuko dirancang menyerupai arwah penasaran yang menyeramkan namun memiliki kedalaman cerita yang mencerminkan luka emosional tokoh utama, film ini menggunakan pendekatan horor khas Jepang dengan atmosfir sunyi, suasana remang, dan teror psikologis yang membuat penonton merasa tidak nyaman sepanjang cerita, hotel tempat ritual dilakukan menjadi semacam “perangkap spiritual” di mana Sarah menghadapi ketakutan dan rasa bersalahnya sendiri, Clara Bernadeth membawakan peran dengan emosi intens yang memperkuat dampak dari sisi psikologis film ini, di sisi lain, Randy Martin memerankan tokoh pria misterius yang mengarahkan Sarah ke jalur yang lebih gelap, sementara Taskya Namya berperan sebagai sahabat Sarah yang berusaha menyadarkannya sebelum semuanya terlambat, Donny Damara dan Tio Pakusadewo hadir sebagai karakter pendukung yang memberikan konteks spiritual dan memperkuat mitologi cerita, film ini tidak banyak menggunakan jumpscare murahan tetapi lebih fokus pada tekanan psikologis, rasa bersalah yang ditahan bertahun-tahun, dan kehancuran mental akibat kehilangan, secara visual Hotel Sakura mengandalkan sinematografi bergaya Jepang awal 2000-an, dengan warna gelap, pencahayaan minim, serta desain set hotel tua yang menimbulkan rasa terasing dan mencekam, dialog yang digunakan minim namun penuh makna, membangun ketegangan yang lambat tapi terus meningkat hingga klimaks, tema yang diangkat tidak hanya soal arwah penasaran tapi juga penebusan dosa, relasi ibu-anak, trauma masa kecil, serta pencarian kedamaian batin yang tidak mudah, sutradara sengaja menciptakan batas kabur antara mimpi dan kenyataan, membuat penonton ikut merasa bingung dan tersesat seperti Sarah, pada klimaksnya, Sarah harus memilih apakah ia akan terus mencari ibunya meski harus kehilangan akal sehat, atau melepaskan dan menerima kenyataan hidup, keputusan itu menjadi puncak emosi dari keseluruhan film dan membuat penonton bertanya: apakah benar kita siap berkomunikasi dengan arwah orang terdekat jika diberi kesempatan, atau justru itu akan menjadi awal dari kehancuran diri kita sendiri, Hotel Sakura bukan film horor biasa—ia adalah pengalaman emosional tentang luka batin dan cara paling ekstrem untuk menyembuhkannya, dengan durasi sekitar 100 menit, film ini memadukan narasi personal yang menyentuh dengan horor budaya yang dalam, menjadikannya tontonan wajib bagi pecinta horor Indonesia yang mencari sesuatu yang berbeda, orisinal, dan berani mengeksplorasi sisi gelap manusia tanpa mengandalkan efek spesial semata.

REKOMENDASI NONTON DI SINI MEDUSATOTO
REKOMENDASI TOTONAN LAINNYA DI GEMPATOTO


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *